JAKARTA, Nepotiz – Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa di era modern ini tidak hanya bergantung pada kepemilikan tambang atau kekayaan sumber daya alam lainnya.
Menurut Gibran, kekuatan untuk memajukan bangsa justru terletak pada penguasaan data dan aset digital.
Pernyataan tersebut disampaikan Gibran dalam video monolog terbarunya berjudul 'Bukan Lagi Hanya Pasar Digital, Indonesia Harus Jadi Produsen Digital' yang diunggah di kanal YouTube pribadinya, sebagaimana dilansir pada hari Selasa (27/5/2025).
"Saat ini, kekayaan sebuah negara tidak lagi terbatas pada tanah, bebatuan, mineral, atau hasil bumi. Ada sesuatu yang tak kasat mata, namun memiliki nilai yang sangat tinggi, yaitu data, perilaku, serta pola pikir kita semua. Kekayaan ini tidak akan pernah habis, selama kita terus terhubung, dan akan terus bertambah setiap harinya, melalui setiap klik, tontonan, transaksi, geotagging, download, hingga upload. Semuanya!" ungkap Gibran.
"Inilah komoditas baru di era digital. Era di mana kemajuan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh siapa yang memiliki tambang atau sumber daya alam, melainkan juga oleh siapa yang mampu mengelola data dan aset digital dengan baik," imbuhnya.
Gibran menjelaskan bahwa Indonesia saat ini memiliki populasi sebanyak 284 juta jiwa, dengan 221 juta di antaranya adalah pengguna internet.
Dengan mayoritas penduduk sebagai pengguna internet, lanjutnya, maka Indonesia memiliki potensi besar informasi yang dapat diolah dari data sehari-hari.
Dia berpendapat bahwa informasi tersebut sangat krusial di era persaingan yang semakin ketat seperti saat ini.
"Sebagai contoh, jika di suatu kota masyarakat cenderung gemar membeli makanan secara online, seperti ayam goreng, ayam geprek, sate ayam, dan berbagai hidangan berbahan dasar ayam lainnya, maka dapat dipastikan bahwa ayam merupakan salah satu kebutuhan utama di kota tersebut. Hal ini tentu menjanjikan peluang bagi pelaku usaha untuk berjualan ayam potong di sana," jelas Gibran.
Gibran menyadari bahwa contoh yang ia berikan mungkin terlihat sederhana.
Namun, Gibran mengajak publik untuk membayangkan jika analisis perilaku pasar ini dilakukan secara lebih luas, tidak hanya terbatas pada satu kota, komoditas, atau transaksi saja.
Gibran meyakini bahwa data tersebut akan menjadi informasi yang sangat berharga, sekaligus menjadi kunci untuk memenangkan persaingan.
"Pertanyaan berikutnya adalah, apakah algoritma dan informasi yang dibangun dari data serta perilaku masyarakat Indonesia ini akan kita optimalkan untuk memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha kita, masyarakat kita, dan negara kita? Atau justru akan lebih menguntungkan negara lain?" tanyanya.
"Teman-teman, digitalisasi bukan sekadar konsep atau jargon semata. Ini adalah kebutuhan mendesak jika kita sebagai bangsa tidak ingin hanya menjadi pasar bagi negara lain," tegas Gibran.
Gibran menambahkan bahwa sebagai bangsa yang berdaulat, rakyat Indonesia memiliki hak dan kesempatan untuk menjadi pemain utama di negeri sendiri.
Ia kembali menekankan bahwa ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang menciptakan kesempatan hidup yang lebih baik bagi semua orang.
"Dan seperti yang telah ditegaskan oleh Bapak Presiden Prabowo, bahwa kita harus menguasai teknologi. Kita harus menjadi produsen, bukan hanya konsumen. Terlebih lagi, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar," pungkasnya.