Sergey Brin kembali aktif di Google untuk memberikan dukungan kepada tim pengembang. Ia bekerja sama dengan para engineer dalam proyek Gemini, sebuah teknologi kecerdasan buatan (AI) andalan Google yang terus mengalami perkembangan pesat.
Dalam acara All in Summit yang berlangsung di Miami, Florida, Amerika Serikat, Brin mengungkapkan bahwa keputusannya untuk kembali ke kantor Google tidak direncanakan sebelumnya, namun ia mengaku sangat menikmati momen tersebut.
“Sejujurnya, kembali bekerja adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya,” ujar Brin, seperti yang dikutip Liputanku dari Live Mint, Senin (26/5/2025).
Ia merasakan kebahagiaan tersebut karena berpendapat bahwa perkembangan AI saat ini adalah salah satu periode paling menarik dalam sejarah perkembangan komputer.
Brin juga mengakui bahwa masa pensiun yang ia jalani ternyata tidak seindah yang ia bayangkan sebelumnya.
“Awalnya, saya pikir pensiun akan baik-baik saja. Saya ingin mencoba hal-hal baru, seperti bersantai di kafe sambil membaca buku fisika. Namun, setelah sebulan, saya menyadari bahwa hal itu tidak mungkin terjadi,” ungkapnya.
Tidak lama setelah ia memutuskan untuk pensiun, pandemi Covid-19 melanda dunia. Sebagian besar perusahaan teknologi di seluruh dunia menerapkan kebijakan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah.
Setelah pandemi mereda dan perusahaan mulai melonggarkan aturan terkait bekerja di kantor, Brin mulai sesekali mengunjungi kantor Google. Namun, seiring berjalannya waktu, kunjungan Brin ke kantor Google menjadi sebuah rutinitas.
WIKIMEDIA COMMONS/JD LASICA Salah satu pendiri Google, Sergey Brin.
Titik balik yang membuatnya mantap untuk kembali bekerja di kantor adalah ketika ia bertemu dengan seseorang dalam sebuah pesta.
“Saya bertemu dengan seorang pria bernama Dan dari OpenAI, dan dia berkata, ‘Apa yang sedang kamu lakukan? Ini adalah momen transformatif terbesar dalam sejarah ilmu komputer!’,” cerita Brin.
“Saya kemudian berpikir, ‘Oh, benar juga ya’,” tambahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan AI telah mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Banyak perusahaan AI baru yang bermunculan, seperti OpenAI dan DeepSeek.
Kembalinya Brin ke kantor Google di tengah persaingan yang semakin ketat ini, seolah menjadi angin segar bagi perusahaan.
CEO Google, Sundar Pichai, juga mengakui bahwa Brin terlibat langsung dalam berbagai proyek AI, termasuk Gemini.
Google sempat dianggap sedikit tertinggal dalam kompetisi AI, terutama jika dibandingkan dengan perusahaan seperti OpenAI yang tumbuh pesat. Namun, Google terus berupaya untuk mengejar ketertinggalan tersebut.
Salah satu upaya tersebut adalah melalui mode AI Gemini 2.5 Pro, yang kini performanya melampaui standar model AI di kelasnya.
Baru-baru ini, Google juga mengumumkan Veo 3, sebagai penerus dari Veo 2. Veo adalah model AI generatif video yang mampu menciptakan konten video berdasarkan teks.
Google mengklaim bahwa Veo 3 jauh lebih pintar dari pendahulunya. Model AI ini mampu membuat video sinematik dengan kualitas yang lebih baik dan menerima masukan (prompt) hingga posisi (angle) kamera yang lebih presisi dibandingkan dengan Veo 2.
Selain itu, AI generatif ini juga diklaim mampu membuat video yang disertai dengan audio percakapan atau efek suara yang sesuai, sehingga video AI tersebut terasa lebih hidup dan realistis.
Beberapa contoh efek suara yang dimaksud antara lain adalah suara asli hewan-hewan yang ada dalam video, suara kebisingan atau kemacetan di suatu kota besar, serta keheningan di sebuah taman.
Beberapa aplikasi layanan AI Google, seperti NotebookLm (versi di atas Veo 3), Google app, dan lain-lain, berhasil mendongkrak popularitas aplikasi-aplikasi ini ke peringkat atas di toko aplikasi. Hal ini mencerminkan antusiasme pengguna internet terhadap kehadiran aplikasi berbasis AI.
Keterlibatan Brin dalam proyek AI Google, termasuk Gemini, semakin memperkuat anggapan bahwa AI bukan hanya sekadar fenomena sesaat, melainkan sebuah momentum penting di mana tokoh besar seperti Brin harus turun tangan untuk mengembangkan teknologi ini.