Dalam sebuah studi yang mendalam, para peneliti mengumpulkan banyak sekali otak gajah, baik dari alam liar maupun dari kebun binatang. Mereka kemudian menganalisis anatomi makro otak tersebut, dengan memanfaatkan data dari literatur ilmiah serta hasil pemindaian MRI.
“Kita sudah lama mengetahui bahwa secara morfologi, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antar spesies gajah,” ungkap Dr. Malav Shah, penulis utama dari penelitian ini. “Contohnya, gajah savana Afrika memiliki ukuran tubuh dan telinga yang lebih besar dibandingkan dengan gajah Asia.”
Selain itu, gajah betina Afrika dikenal memiliki gading yang besar. Sementara itu, gajah betina Asia seringkali hanya memiliki gading kecil, atau bahkan tidak memiliki gading sama sekali. Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan pemisahan genetik yang terjadi sangat lama antara kedua spesies tersebut, diperkirakan sekitar 5 hingga 8 juta tahun lalu.
Berat Otak Gajah Asia Lebih Unggul
Salah satu penemuan penting dari studi ini adalah kenyataan bahwa gajah betina Asia dewasa memiliki berat otak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan gajah Afrika. Secara rata-rata, otak gajah Asia mencapai 5.300 gram, sedangkan otak gajah Afrika hanya sekitar 4.400 gram.
Sayangnya, data untuk gajah jantan masih terbatas, terutama untuk spesies Asia. Akibatnya, belum dapat ditarik kesimpulan pasti apakah tren serupa juga berlaku pada gajah jantan.
Meskipun demikian, terdapat satu struktur otak yang ukurannya lebih besar pada gajah Afrika, yaitu serebelum – bagian otak yang bertanggung jawab atas koordinasi gerakan serta keseimbangan. Pada gajah Afrika, serebelum mencakup sekitar 22% dari total berat otak, sementara pada gajah Asia hanya sekitar 19%.
freepik/wirestock Foto yang menunjukkan telinga gajah Afrika besar
Pertumbuhan Otak Setelah Lahir yang Mengagumkan
Hal lain yang juga mencengangkan dari studi ini adalah fakta bahwa otak gajah mengalami pertumbuhan tiga kali lipat lebih berat dibandingkan saat mereka baru lahir. Hal ini mengindikasikan bahwa gajah memiliki pertumbuhan otak seumur hidup yang sangat besar – bahkan lebih besar dari semua primata, kecuali manusia.
Sebagai perbandingan, otak manusia saat lahir hanya memiliki berat sekitar seperlima dari berat akhirnya saat dewasa.
Pengaruh terhadap Perilaku serta Domestikasi
Menurut Dr. Shah, perbedaan ukuran otak ini dapat menjadi faktor penting yang menjelaskan perbedaan perilaku antara gajah Asia dan Afrika.
“Sebagai contoh, interaksi antara keduanya dengan manusia sangat berbeda,” jelasnya. “Gajah Asia telah didomestikasi sebagian selama ribuan tahun dan dimanfaatkan sebagai hewan pekerja dalam berbagai budaya dan wilayah.”
Sebaliknya, upaya untuk mendomestikasi gajah Afrika hampir selalu menemui kegagalan. Mereka jauh lebih sulit untuk dibiasakan hidup berdampingan dengan manusia.
Penelitian ini, yang telah dipublikasikan dalam jurnal PNAS Nexus, membuka wawasan baru mengenai bagaimana otak memengaruhi perilaku, kemampuan adaptasi, serta sejarah evolusi gajah. Temuan bahwa gajah Asia memiliki otak yang lebih besar dapat membantu menjelaskan hubungan panjang mereka dengan manusia, serta tantangan dalam konservasi kedua spesies ini di alam liar.