Kegagalan Aston Villa mengamankan tempat di Liga Champions musim depan membawa konsekuensi serius bagi kondisi finansial klub. Potensi pendapatan yang sangat besar hilang, dan kemungkinan besar mereka harus menjual beberapa pemain kunci untuk tetap mematuhi regulasi yang berlaku.
Villa hanya mampu mengakhiri musim Liga Inggris di posisi keenam setelah takluk 0-2 dari Manchester United pada hari Minggu (25/5/2025). Pertandingan tersebut diwarnai dengan kontroversi terkait gol Morgan Rogers yang dianulir oleh wasit Thomas Bramall.
Ketika skor masih imbang 0-0, Rogers berhasil merebut bola sebelum diamankan sepenuhnya oleh kiper MU, Altay Bayindir. Ia kemudian berhasil mencetak gol, namun sayangnya Bramall telah meniup peluit sebelum bola tersebut masuk ke gawang.
Sebagai akibatnya, Video Assistant Referee (VAR) tidak dapat melakukan pengecekan terhadap kejadian tersebut, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Nasib buruk menimpa Villa, karena MU justru berhasil mencetak gol melalui Amad Diallo hanya tiga menit setelah insiden tersebut. Tim Setan Merah kemudian berhasil menggandakan keunggulan melalui Christian Eriksen.
Segera setelah pertandingan usai, Villa mengajukan keluhan resmi kepada PGMOL, badan yang bertanggung jawab atas pengaturan perwasitan di Inggris. Mereka mempertanyakan alasan di balik penunjukan Bramall, yang dinilai belum berpengalaman, untuk memimpin pertandingan yang begitu krusial.
"Dengan taruhan yang sangat tinggi dalam pertandingan hari ini, pihak klub meyakini bahwa (PGMOL) seharusnya menunjuk wasit yang lebih berpengalaman. Dari 10 wasit yang bertugas memimpin pertandingan Premier League hari ini, Tuan Bramall adalah wasit dengan pengalaman paling minim kedua," demikian pernyataan dari Villa.
"Keputusan untuk menganulir gol Morgan Rogers, yang seharusnya memberikan keunggulan 1-0 bagi klub dengan sisa waktu 17 menit dalam pertandingan, menjadi faktor utama yang menyebabkan klub gagal lolos ke Liga Champions."
Meskipun finis dengan perolehan poin yang sama, yaitu 66 poin, Villa harus mengakui keunggulan selisih gol dari Newcastle United yang menempati posisi kelima. Posisi tersebut merupakan slot terakhir menuju Liga Champions musim depan, setelah Premier League mendapatkan satu jatah tambahan.
Dampak ‘kerugian’ bagi Villa
The Athletic melaporkan bahwa kegagalan untuk lolos ke Liga Champions menyebabkan Villa kehilangan potensi pendapatan minimal sebesar 30 juta Pound, atau sekitar 661 miliar Rupiah (dengan kurs 1 Pound = 22.043,37 Rupiah per 26 Mei). Jumlah tersebut berpotensi meningkat hingga mencapai 100 juta Pound.
Kehilangan pendapatan sebesar itu menjadi pukulan telak bagi Villa, yang sangat membutuhkan dana segar agar tetap mematuhi aturan Profitabilitas dan Keberlanjutan (PSR) yang ditetapkan oleh Premier League. Dalam dua musim sebelumnya, mereka telah mencatat kerugian total senilai 205,5 juta Pound.
Dana dari Liga Europa memang dapat memberikan sedikit bantuan, namun jumlahnya tidak sebanding dengan pendapatan yang bisa diperoleh dari Liga Champions. Kecuali jika mereka berhasil mendapatkan dana dari sektor komersial lainnya, maka penjualan pemain menjadi opsi terakhir bagi Villa untuk menyelamatkan kondisi keuangan klub.
Sebenarnya, terlepas dari apakah mereka lolos atau tidak ke Liga Champions, Villa tetap harus menjual pemain untuk memenuhi batas maksimal kerugian sebesar 105 juta Pound selama tiga tahun. Namun, dengan kegagalan ini, jumlah pemain yang harus dijual kemungkinan akan bertambah.
Emi Martinez, Leon Bailey, Boubacar Kamara, Jacob Ramsey, dan Ollie Watkins dilaporkan telah menarik minat dari klub lain. Rogers juga dikabarkan sedang dipantau oleh beberapa klub.