JAKARTA, Nepotiz – Terdapat lima pesan penting yang sebaiknya diperhatikan oleh para jemaah haji perempuan menjelang pelaksanaan wukuf di Arafah.
Lima pesan khusus bagi jemaah haji wanita ini disampaikan oleh Musytasyar dini yang merupakan bagian dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, yaitu Badriyah Fayumi, seperti yang dilansir dari situs resmi Kementerian Agama Sulawesi Selatan, pada hari Minggu (25/5/2025).
“Para wanita yang melaksanakan ibadah haji telah menunjukkan pengorbanan yang luar biasa—meninggalkan keluarga tercinta, rutinitas sehari-hari, serta menempuh perjalanan yang panjang demi memenuhi panggilan dari Ilahi,” tutur Badriyah Fayumi.
Berikut ini adalah 5 pesan penting tersebut:
1. Haid Bukan Penghalang untuk Wukuf
Seringkali muncul pertanyaan di kalangan perempuan: apakah datangnya haid membuat mereka tidak dapat mengikuti wukuf? Jawabannya adalah, tidak.
“Perempuan yang sedang mengalami haid tetap diperbolehkan untuk melaksanakan wukuf. Hanya saja, ada satu hal yang tidak bisa dilakukan, yaitu tawaf, dan itu pun baru bisa dilaksanakan setelah mereka suci,” jelas Badriyah.
Apabila haid datang ketika baru saja tiba di Makkah dan waktu pelaksanaan wukuf sudah semakin dekat, jemaah memiliki opsi untuk mengubah niat haji mereka dari tamattu’ (niat umrah dan haji yang terpisah) menjadi qiran (niat haji dan umrah yang dilakukan bersamaan). Dengan demikian, mereka tetap bisa mengikuti wukuf tanpa harus terburu-buru menyelesaikan ibadah umrah terlebih dahulu.
“Niatkan haji qiran, ikuti wukuf dengan khusyuk, kemudian lanjutkan rangkaian ibadah haji lainnya. Umrah dapat dikerjakan setelah suci,” imbuhnya.
2. Pentingnya Pembalut dan Pampers
Selama pelaksanaan wukuf, antrean di toilet biasanya sangat panjang dan padat. Guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Badriyah menyarankan agar para jemaah perempuan menggunakan pembalut atau pampers.
“Hal ini bukan hanya mengenai kenyamanan semata, tetapi juga untuk menjaga kesucian dari pakaian ihram yang dikenakan. Setelah ada kesempatan yang memungkinkan, barulah bersuci dan mengganti pembalut atau pampers tersebut,” terangnya.
3. Masker dan Aurat Saat Ihram
Menurut ketentuan fikih, seorang wanita tidak diperkenankan untuk menutupi wajah dan telapak tangannya saat sedang berihram. Namun, dalam kondisi tertentu seperti cuaca yang sangat ekstrem atau adanya risiko penularan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), penggunaan masker diperbolehkan.
“Jika tujuannya demi menjaga kesehatan, maka hal itu tidak menjadi masalah. Akan tetapi, jika ingin lebih berhati-hati lagi, maka bisa membayar fidyah dengan cara berpuasa selama tiga hari atau bersedekah kepada enam orang fakir miskin,” ujarnya.
Sementara itu, membuka jilbab di hadapan sesama perempuan saat sedang berihram tidak termasuk ke dalam pelanggaran. Akan tetapi, tetap disarankan untuk menjaga aurat selama menjalankan ihram sebagai bentuk kehati-hatian dalam beribadah.
4. Hemat Energi, Perbanyak Ibadah
Menjelang pelaksanaan Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina), ada banyak aktivitas fisik yang akan dijalani. Oleh sebab itu, para jemaah—terutama perempuan—sangat dianjurkan untuk menghemat tenaga.
“Kita masih memiliki waktu sekitar dua pekan sebelum menuju Armuzna. Manfaatkanlah waktu ini untuk melakukan ibadah-ibadah yang ringan namun memiliki pahala yang besar, seperti berzikir, tadarus Al-Qur’an, bersedekah, berdoa, bersabar, serta mengendalikan diri,” pesan Badriyah.
5. Hindari Perdebatan, Perkuat Keikhlasan
Tidak jarang, perbedaan pendapat mengenai fikih menjadi topik perdebatan di antara para jemaah. Badriyah mengimbau agar hal semacam ini dihindari sebisa mungkin.
“Pilihlah pendapat yang paling menenangkan hati dan pikiran. Jangan habiskan waktu yang berharga untuk memperdebatkan hal-hal yang tidak terlalu penting. Fokuslah pada niat yang tulus dan keikhlasan dalam beribadah,” tuturnya.
Di penghujung pesannya, Badriyah mengajak seluruh jemaah perempuan untuk menjadikan momen wukuf sebagai titik balik spiritual dalam kehidupan mereka.
“Ketika kita merasa lelah saat berjalan menuju Jamarat, niatkanlah setiap langkah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Ketika kita rela melepaskan segala kenyamanan duniawi saat berihram, niatkanlah hal tersebut sebagai tanda cinta kita kepada-Nya. Semoga seluruh pengorbanan yang kita lakukan ini dapat mengantarkan kita menjadi haji yang mabrur,” pungkasnya.