JAKARTA, Nepotiz – Lippo Group, di bawah arahan CEO Bapak James Riady, kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung upaya pemerintah menyediakan hunian terjangkau bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Dukungan ini diwujudkan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Bapak James menyatakan bahwa Lippo Group, melalui sinergi bersama PT Bank Nationalnobu Tbk. (Nobu Bank), siap merealisasikan pembangunan 50.000 unit rumah subsidi. Langkah ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar akan tempat tinggal, sekaligus menanggulangi tantangan kekurangan (backlog) perumahan.
Inisiatif strategis ini adalah bagian integral dari visi yang lebih besar, yaitu menciptakan sebuah ekosistem perumahan yang sehat dan berkelanjutan. Selain itu, hal ini juga mendukung program yang dicanangkan oleh Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP).
Menurut Bapak James, program FLPP merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah backlog perumahan di Indonesia, terutama di wilayah perkotaan yang terus mengalami tekanan akibat urbanisasi.
Dengan target ambisius pembangunan 50.000 unit rumah subsidi, Lippo Group akan mengoptimalkan peran Nobu Bank sebagai saluran utama penyaluran dana FLPP.
“Kami mendapatkan permintaan dari Pak Ara untuk berpartisipasi aktif, dan kami menyambut baik tawaran tersebut tanpa syarat. Program ini telah dipersiapkan dengan matang, dan permintaannya riil, bukan spekulatif,” ungkap Bapak James kepada Liputanku, Jumat (23/5/2025).
Nobu Bank, yang saat ini berada di bawah kendali Bapak James Riady selaku *ultimate shareholder*, akan fokus pada penyediaan pembiayaan khusus bagi MBR dengan suku bunga KPR yang lebih kompetitif dibandingkan pasar.
Hal ini bertujuan untuk meringankan beban cicilan bulanan, sehingga MBR memiliki lebih banyak alokasi dana untuk kebutuhan prioritas lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan.
Tantangan: Mendekatkan Hunian dengan Lokasi Kerja
Bapak James memaparkan alasan utama di balik dukungan Lippo dan Nobu terhadap program 3 juta rumah. Salah satu permasalahan krusial yang diangkat adalah lokasi perumahan yang seringkali berjarak terlalu jauh dari tempat kerja. Kondisi ini menyebabkan tingginya *Mortgage to Income Ratio* (MPL) hingga melampaui angka 4 persen.
“Kita perlu membawa hunian lebih dekat ke pusat-pusat kegiatan ekonomi. Langkah ini akan meningkatkan aksesibilitas dan secara otomatis mendongkrak harga properti secara wajar, karena permintaan yang jelas ada,” jelasnya.
Guna mendukung inisiatif ini, Lippo Group berencana mengintegrasikan pembangunan perumahan dengan pengembangan kota mandiri yang telah sukses, seperti Lippo Cikarang dan Lippo Karawaci, yang berfungsi sebagai pusat hunian, bisnis, dan fasilitas publik yang terintegrasi.
Melalui pendekatan holistik ini, masyarakat tidak hanya memperoleh rumah, tetapi juga akses ke ekosistem yang mendukung pemenuhan kebutuhan dasar, mulai dari pangan, kesehatan, hingga lapangan kerja.
Nobu Bank akan memainkan peran vital sebagai mitra strategis dalam menyalurkan dana FLPP, dengan estimasi nilai per unit rumah subsidi berkisar antara Rp 185 juta hingga Rp 200 juta.
“Program ini sudah terdefinisi dengan baik, dan regulasinya akan terus disempurnakan oleh Pak Ara. Kami sangat optimistis karena semua elemen pendukung telah selaras,” ujar Bapak James.
Bapak James meyakinkan bahwa penyaluran pembiayaan ini akan tepat sasaran dan tidak akan memberatkan MBR dengan kewajiban finansial yang berlebihan.
Bapak James juga menegaskan kembali bahwa Lippo Group tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga memiliki komitmen kuat terhadap dampak sosial yang dihasilkan.
“Ini bukan semata-mata bisnis, melainkan sebuah tanggung jawab sosial untuk memenuhi kebutuhan fundamental masyarakat: papan, pangan, dan kesehatan. Kami ingin memastikan MBR dapat hidup dengan layak tanpa terbebani oleh masalah keuangan yang berat,” pungkasnya.