JAKARTA, Nepotiz – Profesi sebagai kurir paket ternyata menyimpan berbagai tantangan. Hal ini dirasakan langsung oleh Riskana (42), seorang warga Manggarai, Jakarta Selatan, yang sudah beberapa tahun terakhir bergelut dengan pekerjaan mengantarkan berbagai jenis barang kepada para pelanggan.
Keterbatasan pilihan pekerjaan, akibat faktor usia dan tingkat pendidikan yang hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), membuat Riskana harus menerima pekerjaan sebagai kurir paket.
"Karena usia, jadi agak sulit mencari pekerjaan lain. Kalau menjadi kurir, rasanya lebih mudah," ungkap Riskana saat diwawancarai oleh Nepotiz di kediamannya di Manggarai, pada Rabu (21/5/2025) malam.
Bagi Riskana, menjadi seorang kurir adalah satu-satunya cara agar tetap bisa memperoleh penghasilan di usianya yang tidak lagi muda.
Hujan adalah Musibah
Salah satu kesulitan yang kerap dihadapi Riskana saat menjalankan tugas mengantarkan paket adalah ketika hujan turun.
"Susahnya kalau pas hujan. Wah, kalau sudah hujan, repot banget," keluh Riskana.
Riskana menjelaskan bahwa air hujan dapat menyebabkan kerusakan atau membuat basah paket-paket yang sedang dibawanya. Jika ada paket yang rusak atau basah, Riskana harus bertanggung jawab dan menggantinya.
Meskipun demikian, ia tetap harus mengantarkan paket tersebut pada hari yang sama, terlepas dari kondisi cuaca.
Pelanggan COD yang Menyebalkan
Selain hujan, pengalaman kurang menyenangkan lainnya bagi Riskana adalah menghadapi pelanggan yang memilih metode pembayaran cash on delivery (COD).
Menurut Riskana, banyak pelanggan yang memesan barang dengan sistem COD. Namun, ketika paket diantarkan, seringkali pemesan tidak berada di rumah atau tidak memiliki uang untuk membayar. Akibatnya, waktu dan tenaga Riskana terbuang percuma.
"Ada juga customer yang rese, pesan COD tapi tidak mau bayar, cuma bikin capek saja. Kendalanya di situ, jadi barangnya harus dibawa balik lagi," jelas Riskana.
Paket COD yang belum berhasil diserahkan kepada pemesan harus dibawa kembali oleh Riskana ke gudang kantornya. Biasanya, ia akan mencoba mengantarkan paket tersebut hingga tiga kali.
Jika setelah tiga kali pengantaran pemesan tetap tidak dapat ditemui atau tidak dapat membayar, maka paket tersebut akan dikembalikan (retur).
"Itu juga sering kena penalti. Misalnya, setelah tiga kali pengantaran, kita lupa menekan tombol retur, maka kita yang harus membayar paket itu," imbuh Riskana.
Sedih karena Paket Hilang
Kehilangan paket adalah pengalaman paling menyedihkan bagi seorang kurir.
"Kalau dimarahi sih, enggak pernah. Tapi, yang paling menyedihkan itu kalau paket hilang, saya pernah mengalami sekali dan harus menggantinya," kenang Riskana.
Riskana menuturkan bahwa jika paket yang seharusnya diantarkan hilang, maka kurir yang bersangkutan wajib mengganti barang tersebut sesuai dengan jenis dan harganya.
Selanjutnya, Riskana akan menghubungi pemesan paket yang hilang tersebut dan memesankan kembali paketnya.
"Misalnya, harga paket Rp 100.000, maka kita harus mengganti sebesar Rp 100.000. Pelanggan diminta untuk memesan lagi saja, nanti kita yang bayar," ucap Riskana.
Selain harus mengganti, masalah paket hilang juga memakan waktu karena kurir harus melakukan pencarian secara seksama terlebih dahulu.
Penghasilan Tidak Pasti
Di antara berbagai risiko yang ada, penghasilan seorang kurir paket terbilang tidak pasti. Meskipun begitu, Riskana memilih untuk tetap menekuni profesi ini karena sulitnya mencari pekerjaan lain.
Ia menjelaskan bahwa upahnya sebagai kurir dihitung sebesar Rp 1.800 per paket yang berhasil diantar dan diterima oleh pelanggan.
"Satu paket dihitung Rp 1.800, tapi kalau beratnya di atas tiga kilo, tarifnya Rp 5.500, pembayarannya setiap bulan dan dihitung secara keseluruhan," jelas Riskana.
Dalam satu bulan, Riskana mampu mengantarkan sekitar 2.500 paket dan mendapatkan penghasilan sekitar Rp 5.025.000. Namun, jumlah ini tidak selalu sama setiap bulannya, terkadang jumlah paket yang diantar bisa kurang dari 2.500.
Meskipun penghasilannya tidak menentu, Riskana mengaku bersyukur karena sering mendapatkan bonus sebesar Rp 200.000 pada saat tanggal merah.
Namun, untuk mendapatkan bonus tersebut, ia harus mengantarkan minimal 50 paket. Jika tidak mencapai target, maka bonus tersebut akan hangus.
Dipotong Deposit
Di tengah penghasilannya yang tidak pasti, gaji Riskana seringkali dipotong untuk membayar deposit setiap bulannya.
Setiap kurir baru diwajibkan membayar deposit sebesar Rp 3 juta sebagai jaminan jika melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab, seperti membawa kabur paket atau uang COD.
"Itu dipotong dari gaji, misalnya bulan ini dapat Rp 2 juta, depositnya dipotong Rp 200.000, kalau dapat Rp 5 juta dipotong Rp 500.000, jadi 10 persen dipotongnya," papar Riskana.
Setelah deposit mencapai Rp 3 juta, pihak ekspedisi tidak lagi melakukan pemotongan gaji. Uang deposit tersebut akan disimpan oleh pihak ekspedisi selama kurir masih bekerja.
Jika kurir memutuskan untuk berhenti bekerja, uang deposit tersebut akan dikembalikan.
"Uangnya akan dikembalikan kalau resign, tiga bulan setelah resign baru cair depositnya," pungkas Riskana.