Nepotiz, Jeddah – Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan media sosial kian melekat di benak masyarakat. Hampir seluruh topik menjadi bahan unggahan di berbagai platform tersebut, termasuk pengalaman menjalankan ibadah haji. Akan tetapi, ada etika yang perlu diperhatikan saat menggunakan media sosial selama menunaikan ibadah haji.
Mustasyar Dinny PPIH Arab Saudi, KH Waryono Abdul Ghafur, mengingatkan agar para jemaah haji tidak mudah mengeluh, terutama di media sosial. Menurutnya, perilaku seperti itu dapat mengurangi nilai-nilai ibadah haji.
"Mengapa tidak diperbolehkan mengeluh? Karena pelayanan haji dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika ada kekurangan di sana-sini, misalnya terkait nasi, itu adalah hal yang wajar," ujarnya saat ditemui di Makkah, Rabu (21/5/2025), seperti dilansir dari Liputanku Haji 2025.
Sebagai Mustasyar Dinny atau konsultan ibadah, ia dan timnya telah mengingatkan para jemaah haji, khususnya yang berada di Sektor 3 Daerah Kerja Makkah, agar tidak menyebarkan keluhan di media sosial. Penting bagi jemaah untuk tidak menjadi pembuat konten yang kurang bermanfaat.
Apabila terdapat kekurangan atau keluhan terkait pelayanan haji, sebaiknya individu yang bersangkutan menanyakan hal tersebut kepada pihak yang berwenang. "Setidaknya, bertanyalah kepada ketua rombongan, kemudian naik ke ketua regu, ketua kloter. Setelah itu, mungkin ke sektor dan seterusnya. Jangan bertanya kepada orang yang tidak bertanggung jawab," tuturnya.
Waryono dan timnya di sektor 3 bertugas mendampingi 59 kloter di 25 hotel yang berbeda. Sebagai mustasyar dinny, Waryono menjelaskan bahwa tugasnya adalah membimbing para jemaah haji agar lebih memahami ilmu tentang perhajian.
"Walaupun sudah ada pembimbing dari daerah asal, namun hal itu baru sebatas teori. Di sini, mereka akan praktik langsung. Bagaimana cara qasar, bagaimana jamak, bagaimana ihram. Meskipun sudah diberi contoh di sana, tetapi belum praktik yang sebenarnya," jelasnya.
Ia mengklaim bahwa para jemaah merespons bimbingan ibadah tersebut dengan sangat positif. "Mereka merasa sangat terbantu untuk lebih memahami, sehingga saya mengatakan kepada teman-teman jemaah bahwa meskipun di sana ramai, ternyata jemaah di sini kondusif," ungkapnya.
Mengutip laman Kementerian Agama, Petugas PPIH Bimbingan Ibadah Nur Khalidah Badrus menambahkan bahwa bimbingan kali ini difokuskan pada kondisi-kondisi khusus yang dihadapi oleh jemaah.
"Seperti jemaah lansia yang tidak mampu melaksanakan sebagian ibadah secara sempurna, perempuan yang sedang mengalami haid, serta penjelasan terkait tanazul dan urgensinya," kata Khalidah.
Ia menambahkan bahwa para petugas bimbingan ibadah saat ini meminta jemaah agar berfokus menghadapi inti pelaksanaan haji, terutama fase Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). PPIH menekankan pentingnya memperbanyak taubat, beristighfar, berzikir, serta mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental.
Imbauan ini disambut baik oleh salah seorang jemaah haji, Ahmad Alvin Nurilham. Ia menyatakan, "Ibadah haji bukan hanya sekadar jalan-jalan atau berkeliling, tetapi ada tata cara, makna, dan hikmah yang harus kita pahami. Dengan ilmu tersebut, kita memiliki bekal agar dapat menjalankan ibadah dengan benar dan semoga meraih haji yang mabrur."
Sementara itu, seiring dengan kedatangan gelombang II jemaah haji Indonesia di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah, ketentuan mengenai penggunaan ihram pun mengalami perubahan. Jemaah diwajibkan mengenakannya untuk mempercepat waktu tunggu di bandara sebelum diantarkan menuju Makkah. Akan tetapi, sejumlah pelanggaran ditemukan dari jemaah haji yang sudah berihram.
Pembimbing Ibadah PPIH Daerah Kerja (Daker) Bandara, Hamid, mengatakan bahwa pelanggaran tersebut dilakukan baik oleh jemaah laki-laki maupun perempuan. Pelanggaran ini berpotensi menyebabkan jemaah harus membayar dam.
"Saat turun dari pesawat, masih ada jemaah perempuan yang mengenakan masker yang menutupi wajah. Sementara pada jemaah laki-laki, ditemukan yang masih memakai celana dalam, celana pendek, atau kaos kaki," ujar Hamid di Bandara Jeddah, Senin, 19 Mei 2025, seperti dikutip dari laman Kementerian Agama.
Ia kembali mengimbau agar jemaah lebih berhati-hati terkait larangan-larangan dalam berihram, seperti tidak mengenakan pakaian berjahit bagi laki-laki dan tidak menutupi wajah serta telapak tangan bagi perempuan. Jemaah juga disarankan untuk mengenakan alas kaki terbuka, seperti sandal yang tidak menutupi mata kaki.
Meskipun demikian, jemaah masih diperbolehkan untuk mengulang niat ihram jika terjadi pelanggaran dan tidak dikenai dam. Dengan catatan, mereka masih berada di Jeddah karena termasuk wilayah miqat bagi jemaah yang akan melaksanakan umrah wajib sebelum haji.