Setiap tanggal 21 Mei, kita memperingati Hari Reformasi Nasional. Bagi saya, momen ini bukan sekadar tanggal di kalender, melainkan sebuah penanda berakhirnya era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Bersamaan dengan itu, terbukalah lembaran baru, era Reformasi, yang menjanjikan perubahan signifikan dalam tata kelola pemerintahan di Indonesia.
Namun, peringatan ini lebih dari sekadar catatan sejarah politik. Ini adalah kesempatan untuk merenungkan kembali perjuangan gigih rakyat dan mahasiswa dalam menyuarakan keadilan, demokrasi, dan sistem pemerintahan yang lebih transparan dan pro-rakyat. Sebuah perjuangan yang tidak boleh kita lupakan.
Latar Belakang Gerakan Reformasi
Seperti yang saya ingat dari cerita-cerita orang tua dulu, gerakan reformasi ini dipicu oleh krisis moneter Asia yang menghantam Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Rupiah merosot tajam, harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi, dan kemiskinan merajalela. Kondisi ini menumbuhkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan Orde Baru, yang dianggap gagal menangani krisis dan justru terjerat dalam praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Mengutip dari laman resmi Infopublik.id milik Komdigi, para mahasiswa dari berbagai universitas menjadi garda terdepan dalam aksi demonstrasi besar-besaran. Mereka dengan berani menuntut perubahan sistem pemerintahan dan penghapusan praktik KKN yang telah mencoreng wajah kekuasaan.
Tragedi dan Titik Balik Reformasi
Gelombang unjuk rasa mencapai puncaknya pada 12 Mei 1998. Empat mahasiswa Universitas Trisakti gugur dalam aksi damai di Jakarta. Tragedi Trisakti, begitu peristiwa itu dikenang, membangkitkan amarah publik dan meluasnya demonstrasi di berbagai penjuru negeri.
Situasi nasional yang semakin tidak menentu memaksa Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, setelah memimpin selama 32 tahun. Wakil Presiden BJ Habibie kemudian dilantik sebagai Presiden ketiga Republik Indonesia.
Momen bersejarah ini menjadi simbol dimulainya era baru dalam demokrasi Indonesia. Tanggal 21 Mei tersebut kemudian kita peringati sebagai Hari Reformasi Nasional, sebuah pengingat akan pentingnya perubahan.
Dampak dan Warisan Era Reformasi
Reformasi membawa dampak yang signifikan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Agenda utama reformasi meliputi amandemen UUD 1945, pembatasan masa jabatan presiden, penguatan lembaga negara, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan KKN yang selama ini menjadi duri dalam daging.
Peringatan Hari Reformasi Nasional setiap tanggal 21 Mei adalah momen refleksi atas perjuangan bersama menuju sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan berpihak kepada rakyat. Semangat reformasi harus terus kita kobarkan agar nilai-nilai perubahan tetap menjadi landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebuah warisan yang harus kita jaga bersama.