Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyatakan keinginannya untuk menuntaskan dan mempercantik keberadaan tiang-tiang monorel yang terbengkalai. Tiang-tiang ini menjulang di sepanjang Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat. Menurutnya, pemandangan tiang-tiang tersebut sungguh mengganggu keindahan kota.
"Kolom-kolom monorel itu, sampai hari ini, seolah tak tersentuh, tak ada yang berniat menyelesaikannya. Bagi saya pribadi, ini adalah sesuatu yang mendesak untuk diselesaikan," ujar Pramono di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, pada hari Selasa, 20 Mei 2025.
Pramono menjelaskan bahwa proyek ini terhenti karena adanya sengketa hukum antara kontraktor dan pelaksana proyek pada masa lalu. Ia menambahkan, keberadaan tiang monorel yang tak kunjung selesai ini sangat mencoreng wajah Jakarta.
Oleh karena itu, Pramono bertekad untuk segera mencari solusi atas permasalahan hukum yang ada dan merapikan tiang-tiang tersebut.
Meskipun demikian, Pramono belum bisa memastikan apakah tiang-tiang tersebut nantinya akan diruntuhkan atau justru dimanfaatkan untuk fungsi lain. Pramono menjelaskan bahwa keputusan akhir akan diambil berdasarkan kesepakatan bersama.
"Tentu saja, harus ada keputusan yang jelas mengenai nasib tiang-tiang ini. Tidak bisa dibiarkan begitu saja, berlarut-larut tanpa kepastian. Seolah semua orang enggan berpikir, enggan menghadapi kesulitan, enggan menyentuh persoalan ini. Namun, bagi saya pribadi, saya sangat ingin menuntaskannya," tegasnya.
Menurut informasi yang Liputanku himpun, saat ini terdapat sekitar 90 tiang monorel yang dibiarkan berdiri tanpa fungsi di sepanjang Jalan HR Rasuna Said hingga Jalan Asia Afrika.
Proyek pembangunan monorel ini sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2004. Kala itu, Presiden Megawati Soekarnoputri secara resmi melakukan pemancangan tiang pertama di Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakarta Selatan, pada tanggal 14 Juni 2004. Beliau menekan tombol sirene sekitar pukul 10.30 WIB. Saat itu, jabatan Gubernur Jakarta dipegang oleh Sutiyoso.
Namun, pada tahun 2008, pengembang sekaligus investor proyek ini, yaitu PT Jakarta Monorail (PT JM), dikabarkan mengalami kesulitan keuangan yang sangat besar. Akibatnya, tiang-tiang yang sudah terlanjur dibangun menjadi monumen sia-sia. Nilai proyek tersebut mencapai USD 450 juta. PT JM mengaku tidak mampu memenuhi persyaratan investasi sebesar USD 144 juta.
Selanjutnya, pada masa kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo pada tahun 2011, pembangunan proyek monorel ini dihentikan sepenuhnya. Pihak PT JM mengajukan permintaan ganti biaya investasi sebesar Rp 600 miliar, namun Foke menolak. Saat itu, Pemprov DKI hanya bersedia membayar sesuai dengan rekomendasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).