Hiruk pikuk Jakarta hari ini diramaikan oleh aksi demonstrasi besar-besaran dari komunitas ojek online (ojol) dan sopir taksi online. Mahmud Fly, sosok sentral sebagai Ketua Umum Serikat Pengemudi Online Indonesia (SPOI) sekaligus penanggung jawab aksi di ibukota, menegaskan sebuah komitmen penting: tidak akan ada sweeping terhadap rekan-rekan ojol yang memilih untuk tidak bergabung dalam aksi ini.
“Sejak awal, kami sudah menyampaikan dengan jelas bahwa kami tidak akan melakukan sweeping. Kami tidak memaksa teman-teman untuk turut serta dalam demonstrasi, dan juga tidak mewajibkan mereka untuk off bid,” ujar Mahmud Fly, suaranya lantang terdengar di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada hari Selasa yang cukup bersemangat ini (20/5/2025).
Menurut penuturan Mahmud Fly, memang ada seruan untuk menggelar aksi serentak di 17 kota di seluruh Indonesia. Akan tetapi, ia menekankan bahwa para pengemudi ojol yang memilih untuk tetap mengambil orderan tetap dipersilakan untuk melakukannya. Tidak ada paksaan.
“Kami tidak memaksakan keharusan untuk mematikan aplikasi secara bersamaan di 17 kota. Kami memahami betul, bahwa teman-teman di luar sana mungkin memiliki keperluan lain, ada urusan mendesak yang membutuhkan penghasilan,” jelas Mahmud dengan nada penuh pengertian.
Lebih lanjut, Mahmud Fly menambahkan bahwa bagi para pengemudi ojol yang tidak dapat berpartisipasi dalam aksi demonstrasi, mereka dapat menunjukkan dukungan dengan mematikan aplikasi mereka untuk sementara waktu. Sebuah bentuk solidaritas kecil, dengan mematikan aplikasi selama 2 jam sebagai wujud saling menghargai.
“Kami hanya menyampaikan permohonan, ya gunakanlah hati nurani sedikit saja, doakan kami. Jika memang tidak memungkinkan untuk ikut aksi, cukup 2 jam saja. Di awal aksi, matikan aplikasi selama 2 jam saja, itu sudah cukup bagi kami untuk merasa dihargai. Kita saling menghargai saja,” ungkap Mahmud, menyiratkan harapan akan pengertian dan dukungan.
Aplikasi Dimatikan Massal
Sebagai bagian dari aksi demonstrasi ini, para pengemudi ojek dan taksi online akan serentak menolak pesanan dengan mematikan aplikasi mereka. Asosiasi Ojol Garda Indonesia secara khusus mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pemesanan pada hari Selasa (20/5) ini.
“Akan dilakukan pelumpuhan pemesanan penumpang, pemesanan makanan, dan pengiriman barang melalui aplikasi secara massal dengan cara mematikan aplikasi pada hari Selasa, 20 Mei 2025, mulai pukul 00.00 hingga 23.59 WIB,” terang Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, dalam keterangannya kemarin.
Raden Igun Wicaksono menjelaskan bahwa unjuk rasa ini bertujuan untuk menuntut ketegasan pemerintah sebagai regulator dalam menindak pelanggaran regulasi yang telah terjadi sejak tahun 2022. Menurutnya, demonstrasi hari ini adalah puncak dari kekecewaan yang telah lama dirasakan oleh para pengemudi online.
Berikut adalah poin-poin tuntutan yang disuarakan oleh massa ojol:
1. Presiden RI dan Menteri Perhubungan diminta untuk memberikan sanksi tegas kepada perusahaan aplikasi yang melanggar regulasi Pemerintah RI / Permenhub PM No.12 tahun 2019, Kepmenhub KP No.1001 tahun 2022;
2. DPR RI Komisi V diharapkan untuk menggelar RDP gabungan yang melibatkan Kemenhub, Asosiasi, dan Aplikator;
3. Menuntut potongan aplikasi sebesar 10%;
4. Mengajukan revisi tarif penumpang (dengan menghapus istilah seperti aceng, slot, hemat, prioritas, dll); dan
5. Menuntut penetapan tarif layanan makanan dan kiriman barang, yang melibatkan Asosiasi, Regulator, Aplikator, dan YLKI.