JAKARTA, Nepotiz – Salam (31), seorang pengemudi ojek online (ojol) yang bermitra dengan salah satu perusahaan penyedia layanan, telah menjalani profesinya selama tiga tahun dengan melayani pengantaran penumpang, barang, dan makanan.
“Saya mulai narik ojol sejak tahun 2022, dan sejak awal saya mencoba semua jenis layanan yang ada. Mulai dari mengangkut penumpang, barang, hingga makanan. Namun, seiring waktu programnya terus berubah, jadi saya hanya berusaha untuk menyesuaikan diri,” ujar Salam saat ditemui di sekitar Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada hari Senin (26/5/2025).
Umumnya, Salam menerima order pengantaran barang di pagi hari. Menjelang tengah hari, ia kemudian bergeser ke posko ojol di Stasiun Tanah Abang untuk menerima order pengantaran penumpang.
Akan tetapi, saat ini Salam lebih memfokuskan diri pada pengantaran penumpang, dikarenakan opsi layanan pengantaran barang di aplikasi ojolnya telah dihapus.
Walaupun bekerja keras dengan mengambil layanan pengantaran barang sekaligus penumpang, Salam mengakui bahwa penghasilannya tidak sepadan dengan beratnya pekerjaan.
“Beban kerja yang saya tanggung itu tidak sebanding dengan pendapatan yang saya dapatkan. Kecuali kalau barang yang diantar ukurannya kecil-kecil,” tuturnya.
Terlebih lagi, ketika menerima order pengantaran barang di Pasar Tanah Abang, Salam seringkali mengangkut barang yang beratnya melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh aplikasi.
“Seharusnya berat barang itu maksimal hanya 20 kilogram sesuai aturan di aplikasi. Namun, kenyataannya kalau di Tanah Abang itu kadang-kadang beratnya bisa lebih dari 20 kilogram,” ungkapnya.
Barang-barang grosiran tersebut harus diangkut sendiri oleh Salam dari lantai atas ke lantai bawah.
“Yang bikin capek kalau lagi di Pasar Tanah Abang itu ya pas harus memanggul barang, apalagi kalau barangnya berukuran besar. Dari lantai atas, misalnya lantai 3 atau lantai 5, ya saya sendiri yang harus memanggulnya,” jelasnya.
Setibanya di lokasi pengantaran, Salam juga harus mengangkut barang tersebut ke lantai atas pusat perbelanjaan lainnya.
“Dari atas ke bawah saya memanggul barangnya. Apalagi kalau tujuan pengantarannya ke ITC Pasar Pagi. Sesampainya di sana saya harus memanggul lagi, naik lagi ke atas,” sebutnya.
Meskipun sudah bekerja ekstra keras, keuntungan bersih yang berhasil didapatkan Salam dalam sehari paling banyak hanya sekitar Rp 150.000.
“Kadang ya malah di bawah angka itu,” imbuhnya.
Menurut Salam, penghasilannya tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Ia mengaku kesulitan untuk menyisihkan uang untuk ditabung.
Padahal, dalam waktu dekat anak pertamanya akan segera memasuki jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK).
“Penghasilan saya itu hanya cukup buat memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Untuk menabung masih terasa sulit, belum bisa menabung. Padahal anak saya ini sudah mau masuk TK,” terangnya.