JAKARTA, Nepotiz – Endang (33), seorang pengemudi ojek online (ojol) yang telah bermitra dengan salah satu perusahaan penyedia layanan transportasi daring sejak tahun 2017, lebih memilih fokus pada layanan pengantaran barang dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini.
Meskipun sejumlah pengemudi ojol lainnya berpendapat bahwa layanan pengantaran barang cenderung lebih kompleks, Endang justru memiliki pandangan yang berbeda.
“Menurut pendapat pribadi saya, justru lebih mudah mencari orderan pengantaran barang,” ujarnya saat ditemui di kawasan ITC Roxy Mas, Gambir, Jakarta Pusat, pada hari Senin (26/5/2025).
Menurut penuturan Endang, dengan memilih layanan pengantaran barang, ia dapat memperkirakan berat beban yang akan dibawanya.
Sebaliknya, apabila ia melayani angkutan penumpang, Endang tidak dapat memprediksi berat badan penumpangnya.
“Kalau mengangkut orang, kadang penumpangnya kan, maaf, beratnya berlebihan. Saat memesan, kita tidak tahu berapa beratnya,” terangnya.
Biasanya, Endang lebih memilih rute pengantaran instan dengan jarak yang jauh agar mendapatkan upah yang lebih besar. Hal ini dikarenakan potongan dari aplikator dapat mencapai lebih dari 20 persen.
“Misalnya tarif dari aplikasi sebesar Rp 100.000, namun yang saya terima nantinya paling sekitar Rp 70.000,” ungkapnya.
Ia juga lebih mengutamakan mengantar satu barang (layanan instan) dibandingkan mengantar banyak barang sekaligus (layanan *same day*) dalam jarak yang jauh.
“Makanya, saya biasanya mengambil orderan langsung yang jaraknya jauh sekalian, agar uang yang didapatkan terasa lebih banyak,” imbuhnya.
Selama empat tahun terakhir, Endang mengaku bahwa dirinya masih seringkali mengalami kendala karena pelanggan terkadang sulit untuk dihubungi.
“Kesulitannya mungkin saat pelanggannya sulit dihubungi. Kalau masalah alamat atau titik lokasi, sekarang sudah membaik, petanya sudah lumayan akurat,” jelasnya.