JAKARTA, Nepotiz – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memiliki komitmen serta kesetiaan dalam berinvestasi pada hilirisasi nikel di Indonesia.
Pernyataan tersebut menjadi dasar pertimbangan utama pemerintah Indonesia dalam memilih Tiongkok sebagai mitra strategis untuk mengembangkan hilirisasi nikel di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Bahlil, nikel saat ini menduduki posisi penting sebagai komoditas mineral yang sangat dibutuhkan secara global, yang mana hal ini mendorong negara-negara seperti Amerika Serikat dan negara-negara di benua Eropa untuk meminta prioritas dalam pengembangan hilirisasi nikel.
Liputanku/DIAN ERIKA Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan keterangan pers setelah menghadiri acara Energi dan Mineral Forum 2025 di Jakarta, pada hari Senin (26/5/2025).
"Saya sampaikan kepada mereka bahwa Indonesia selalu memberikan prioritas kepada Eropa dan Amerika. Analogi sederhananya seperti hubungan antara pria dan wanita. Kita ingin semua orang menyukai kita," kata Bahlil saat acara Energi dan Mineral Forum 2025 di Jakarta, Senin (26/5/2025).
"Baik Tiongkok, Korea, Jepang, atau siapa pun, silakan datang. Tetapi ternyata kedatangan mereka hanya sekadar mencoba-coba saja. Datang sebentar lalu pergi, tidak ada keseriusan. Yang benar-benar setia dan berkomitmen adalah investasi dari Tiongkok," tegasnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, pemerintah Indonesia pada akhirnya memutuskan untuk memberikan prioritas kepada Tiongkok sebagai negara yang memberikan kepastian investasi.
Selain Tiongkok, Korea Selatan dan Jepang juga diberikan kesempatan yang sama. Melihat adanya kesempatan tersebut, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa pun turut mengajukan permintaan serupa.
"Sekarang negara-negara dari Eropa dan Amerika juga menginginkan perlakuan yang sama dengan Korea, Jepang, dan Tiongkok. Oke, saya berikan kesempatan. Tetapi kalian juga harus berani berinvestasi. Jangan hanya proposalnya saja yang banyak, realisasinya minim," tegas Bahlil.
Sejalan dengan hal tersebut, saat ini Indonesia sedang menjalankan program hilirisasi untuk mendukung ekosistem produksi baterai kendaraan bermotor listrik (EV). Pemerintah berencana untuk melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama pabrik baterai EV pada bulan Juni 2025.
"Sebab, sesuai arahan Bapak Prabowo, pada tahun 2027-2028 kita harus mampu memproduksi 2 juta unit kendaraan listrik," ujar Bahlil.
"Kalau 2 juta unit, berarti kita harus menyiapkan 150 gigawatt untuk baterai. Karena 10 gigawatt dapat dikonversi menjadi 150 ribu mobil," imbuhnya.