Dilansir oleh CNBC, penurunan nilai ini terjadi beberapa jam setelah Trump mengadakan acara makan malam mewah di klub golfnya yang terletak di Potomac Falls, Virginia.
Acara tersebut secara khusus diperuntukkan bagi para pemilik koin terbesar yang secara total telah membelanjakan 148 juta dollar AS, setara dengan sekitar Rp2,4 triliun (dengan kurs Rp16.261 per dollar AS).
Jamuan itu digambarkan sebagai “undangan paling eksklusif di dunia” dan dihadiri oleh sekitar 220 orang, termasuk para *influencer* kripto, para eksekutif seperti Sandy Carter dari Unstoppable Domains, serta mantan pemain NBA, Lamar Odom.
Odom bahkan menyebut Trump sebagai "presiden terhebat" dan turut mempromosikan token miliknya sendiri, yaitu $ODOM.
Sebanyak 25 pemegang koin teratas mendapatkan akses ke sesi privat dan tur eksklusif. Akan tetapi, tidak semua peserta merasa puas dengan acara tersebut.
Salah seorang tamu, Nicholas Pinto yang berusia 25 tahun, mengungkapkan bahwa acara itu cukup mengecewakan. Ia datang bersama ayahnya dengan menggunakan Lamborghini, namun ia merasa bahwa jamuan makan tersebut tidak memenuhi ekspektasinya.
“Makanannya kurang enak,” ujar Pinto.
“Selain air putih dan anggur Trump, tidak ada minuman lain. Saya tidak mengonsumsi alkohol, jadi saya hanya minum air putih. Gelas saya pun hanya diisi satu kali,” lanjutnya.
Menurut Pinto, Trump hanya hadir selama 23 menit.
“Selain 25 orang teratas, dia tidak berbicara dengan tamu lain. Dia hanya menyampaikan pidato singkat, lalu pergi dengan helikopter tanpa ada sesi tanya jawab maupun foto bersama,” tuturnya.
Suasana makan malam terasa tidak hangat dan kurang bersahabat. Pinto mengatakan bahwa banyak tamu yang terus melihat ponsel mereka untuk memantau pergerakan harga koin selama acara berlangsung.
“Bahkan, banyak dari mereka yang sudah tidak lagi memegang token tersebut,” katanya.
Selain itu, keamanan juga terbilang minim. Tidak ada larangan penggunaan ponsel, berbeda dengan acara eksklusif lainnya yang biasanya memberlakukan penggunaan kantong pengunci sinyal. Setelah Trump meninggalkan lokasi, suasana menjadi semakin tidak teratur.
Para tamu sempat diminta untuk menandatangani cetakan papan peringkat berukuran poster. Daftar tersebut berisi nama-nama pemenang kontes pembelian koin terbanyak.
Kendati demikian, gaya hidup mewah tetap tampak jelas.
“Jam tangan Richard Mille terlihat di mana-mana, setidaknya ada 16 orang yang memakainya,” ungkap Pinto.
“Biasanya, saya hanya melihat jam tangan seperti itu di restoran-restoran mewah di Miami atau Dubai,” tambahnya.
Kontroversi dan Perhatian dari Dunia Politik
Jamuan tersebut memicu reaksi keras dari para politisi di Washington.
Pemegang token terbesar adalah Justin Sun, seorang pengusaha kripto kelahiran China yang saat ini tengah menghadapi gugatan penipuan dari Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC). Meskipun demikian, kasusnya kini ditangguhkan dengan alasan “kepentingan publik”.
Sun memiliki token $TRUMP senilai lebih dari 22 juta dollar AS (sekitar Rp357 miliar) dan token dari World Liberty Financial (WLFI) senilai 75 juta dollar AS (sekitar Rp1,2 triliun). Ia juga turut hadir dalam jamuan tersebut.
Unjuk rasa terjadi di luar lokasi acara. Sekitar 100 orang, termasuk Senator Jeff Merkley, membawa spanduk bertuliskan “Korupsi Kripto” dan “Trump Pengkhianat”.
Merkley dan Senator Chuck Schumer saat ini tengah mendorong Undang-Undang Anti Korupsi Kripto dengan tujuan agar presiden dan pejabat tinggi dilarang mengambil keuntungan dari aset digital selama masa jabatan mereka.
Dampak pada Regulasi
Jamuan mewah ini juga menimbulkan kekhawatiran di Capitol Hill. Anggota Kongres French Hill dari Arkansas menilai bahwa acara tersebut mengganggu proses penyusunan regulasi *stablecoin* yang sedang berlangsung.
Hill adalah ketua pembahasan RUU GENIUS (*Guiding and Empowering the Nation to Innovate United States Stablecoins*), sebuah upaya bipartisan untuk mengatur *stablecoin* berbasis dolar.
Akan tetapi, kemunculan pasal tambahan dari Senator Josh Hawley yang membatasi biaya keterlambatan kartu kredit membuat pengesahan RUU menjadi semakin tidak pasti.
Sementara itu, Gedung Putih berusaha untuk menjaga jarak dari acara gala ini.
“Presiden hadir dalam kapasitas pribadi. Ini bukan acara resmi Gedung Putih,” ujar juru bicara Karoline Leavitt ketika ditanya mengenai daftar tamu dan pendanaan acara tersebut.
Sebagian besar dompet kripto yang masuk dalam daftar pemegang token terbesar diketahui menggunakan bursa luar negeri yang dilarang di AS.
Perusahaan Freight Technologies yang terdaftar di Nasdaq bahkan mengaku telah mengeluarkan dana sebesar 2 juta dollar AS (sekitar Rp32 miliar) untuk membeli koin ini, namun tetap tidak mendapatkan undangan ke acara gala tersebut.
Token $TRUMP sendiri telah menghasilkan lebih dari 324 juta dollar AS (sekitar Rp5,2 triliun) dari biaya perdagangan sejak diluncurkan pada bulan Januari lalu.
Sekitar 80 persen token dikendalikan oleh Trump Organization dan afiliasinya. Token paralel WLFI telah menjual token senilai 550 juta dollar AS (sekitar Rp8,9 triliun) dalam dua kali penawaran.
Optimisme Tetap Terjaga di Tengah Keramaian
Meskipun penuh dengan kontroversi, penasihat teknologi Gedung Putih, David Sacks, tetap melihat potensi besar dari regulasi *stablecoin*.
“Pasar sudah ada, sekarang tinggal membuat aturannya saja,” ujarnya di CNBC.
Namun, ia tidak memberikan tanggapan langsung mengenai potensi konflik kepentingan.
Di saat Sacks mengaku telah menjual aset kriptonya senilai 200 juta dollar AS sebelum menjabat, keluarga Trump justru semakin aktif dalam mengembangkan token dan *stablecoin*, termasuk USD1 yang kini didukung oleh dana Abu Dhabi senilai 2 miliar dollar AS (sekitar Rp32,5 triliun).