JAKARTA, Nepotiz – Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,5 persen pada Mei 2025 menghadirkan kesempatan istimewa bagi masyarakat yang berkeinginan memiliki rumah.
Kebijakan yang diumumkan saat Rapat Dewan Gubernur BI ini, secara signifikan membuat Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi lebih mudah dijangkau, memicu peningkatan minat terhadap pembelian properti, serta mendukung program pemerintah dalam mewujudkan pembangunan 3 juta rumah setiap tahunnya.
James Riady, CEO Lippo Group, menyampaikan bahwa penurunan suku bunga BI hingga 5,5 persen akan memberikan dampak yang signifikan pada sektor properti.
Beliau menekankan bahwa sektor perumahan memegang peranan kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
“Menurut saya, ini adalah langkah penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen per tahun. Dan kunci dari ekonomi dalam negeri adalah sektor perumahan,” kata James saat diwawancarai oleh Liputanku, Kamis (22/5/2025).
Menurut pandangannya, penurunan suku bunga yang dilakukan oleh BI memiliki peran yang sangat krusial dan memberikan pengaruh yang besar terhadap percepatan pembangunan perumahan.
Lantas, apa dampak utama dari penurunan ini?
Penurunan BI Rate berdampak pada penurunan bunga KPR, dengan rata-rata berada di kisaran 5–7 persen per tahun untuk KPR konvensional dan 3–5 persen untuk KPR subsidi.
Sebagai contoh, untuk pembelian rumah seharga Rp 500 juta dengan jangka waktu (tenor) 15 tahun, besaran cicilan bulanan berpotensi mengalami penurunan hingga Rp 300.000–Rp 500.000.
Selain itu, penurunan ini juga meningkatkan daya beli masyarakat. Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia, permintaan terhadap KPR mengalami kenaikan sebesar 12 persen pada kuartal kedua tahun 2025, yang didorong oleh suku bunga yang rendah dan insentif dari pemerintah, seperti PPN Ditanggung Pemerintah (DTP).
Perpanjangan PPN DTP hingga Desember 2025, yang berlaku untuk rumah tapak dan rumah susun dengan harga hingga Rp 5 miliar, memberikan potensi penghematan hingga 11 persen dari harga jual rumah.
Sebagai ilustrasi, untuk pembelian rumah seharga Rp 500 juta, Anda berpotensi menghemat sebesar Rp 55 juta dari PPN.
Selain itu, harga properti saat ini masih berada pada level yang kompetitif, seperti yang disampaikan oleh Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI).
Harga rumah di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar menunjukkan stabilitas pada tahun 2025, meskipun terdapat prediksi kenaikan sebesar 5–7 persen pada tahun 2026 akibat adanya inflasi material.
Oleh karena itu, membeli properti sekarang dapat mengamankan harga yang lebih rendah.
Penurunan suku bunga juga berpotensi meningkatkan nilai properti hingga 10–15 persen dalam kurun waktu satu tahun, sebagaimana laporan dari Colliers Indonesia.
James menambahkan bahwa dampak lainnya adalah terciptanya lapangan kerja yang luas. Hal ini disebabkan karena pembangunan setiap rumah membutuhkan sekitar 5–6 pekerja selama satu tahun, ditambah dengan pekerjaan pendukung seperti pembangunan jalan dan utilitas.
"Hal ini memperkuat perekonomian lokal serta meningkatkan kepercayaan diri pembeli untuk berinvestasi," tambahnya.
Dengan demikian, momentum penurunan suku bunga BI ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat untuk mewujudkan impian memiliki rumah.